Assalamu'alaykum
Mungkin masalah ini sudah sangat sangat sering di bahas di beberapa forum diskusi agama. Tapi, diantara diskusi-diskusi tersebut seringkali membawa hasil yang berbeda satu sama lain. Disini kami hanya ingin memberi referensi mengenai hal ini.
Tahlilan atau selamatan (walimah/walimatul) ini seringkali di lakukan oleh masyarakat Indonesia. Ada yang menganggap hal ini senagai Bid'ah Dholalah atau bid'ah yang tercela. Ada juga yang menganggap ini sebagai bid'ah khasanah atau bid'ah yang baik, dengan kata lain mereka memperbolehkan kita melakukan hal ini.
Asal usul tahlilan sendiri adalah berasal dari ajaran Para Wali Songo (Wali 9/9Waliyullah) yang berasal dari tanah jawa. Mereka memperkenalkan ajaran ini ke masyarakat dengan tujuan mendoakan seseorang yang telah meninggal sekaligus mengajak masyarakat untuk masuk ke dalam agama Islam tanpa ada paksaan. Kita tentu tidak boleh seenaknya sendiri mengatakan ajaran ini salah tanpa ada dasarnya, ilmu para waliyullah ini jauh lebih tinggi daripada ilmu kita sebagai HAMBA PENDOSA.
Dalam beribadah, kita harus melihat guru kita, bukan dari menukil kitab karangan itu, ini, atau dia.
Saya punya kisah, silakan disimak
Disebuah desa di daerah Banyuwangi, terdapat seorang Kyai yang cukup disegani dan memiliki lembaga pendidikan dengan jumlah santri yang cukup banyak, sebut saja Kyai Fulan. Kyai Fulan, tampaknya kurang begitu puas dengan ilmu yang diperoleh dari berbagai pondok pesantren yang pernah ia singgahi waktu muda dulu. Dia mempunyai seorang putra yang ia gadang-gadang menjadi penggantinya kelak jika ia sudah menghadap Sang Pencipta.
Sebagai calon pengganti si Anak -sebut saja Gus Zaid- ia ‘titipkan’ pada lembaga-lembaga pendidikan agama yang dibilang favorit di negeri ini. Dikatakan favorit, karena lembaga ini dikelola dengan manajemen yang rapi, dan moderen, juga ditangani oleh guru-guru yang ‘alim’ lulusan universitas-universitas di Arab Saudi, negara tempat Islam dilahirkan.
Saat Gus Zaid masih dalam penyelesaian pendidikannya di lembaga favorit itu, Kyai Fulan wafat. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Gus Zaid pun diminta pulang oleh keluarganya.
Seperti lazimnya adat kalangan NU, upacara pemakaman Kyai Fulan dilakukan dengan tradisi-tradisi yang indentik dengan kalangan nahdliyin. Ketika Gus Zaid sampai di rumah dan melihat acara pemakaman yang sedang berlangsung, ia kaget dan menahan amarah, karena semua acara yang dilaksanakan dianggapnya bid’ah. Tapi saat ini ia mampu bersabar.
Saat seorang Kyai tetangga yang juga teman Kyai Fulan, –sebut saja Kyai Umar– memberikan sambutan atas nama wakil tuan rumah, ketika jenazah akan diberangkatkan, setelah bicara ini dan itu, ia menyampaikan bahwa nanti malam sampai malam ke-7 kematian Kyai Fulan akan diadakan acara tahlilan setelah maghrib. Mendengar hal itu, Gus Zaid yang semenjak kedatangannya sudah memendam amarah dan kebencian, tanpa ba bi bu, ia langsung menyambar mikrofon dari Kyai Umar dan berkata: “Tidak ada tahlil bagi bapakku malam nanti. Tahlil adalah bid’ah dan doa orang yang masih hidup untuk orang yang telah meninggal dunia tidak sampai, wa an laysa lil insani illa ma sa’a. Sekian terima kasih!”. Lalu ia berikan lagi mikrofon itu kepada Kyai Umar.
Para pelayat tersentak kaget. Kyai Umar hanya tersenyum dan melanjutkan sambutannya. “Benar saudara-saudaraku sekalian, wa an laysa lil insani illa ma sa’a. Karena Gus Zaid sudah mengatakan demikian, maka nanti malam dan seterusnya tahlil tidak diadakan. Sekarang mari kita berdoa semoga Kyai Fulan di siksa dalam Kubur!. Semoga dosa-dosa tidak terampuni, semoga dia menjadi bahan bakar api neraka dan tidak pernah dimasukkan ke dalam Surga!”.
Para pelayat serentak meneriakkan, “Amiiiiin!”.
Gus Zaid: “?????”. “Kok mendoakan begitu untuk bapakku”.
Kyai Umar dengan enteng menjawab: “Kan Allah berfirman, wa an laysa lil insani illa ma sa’a?”.
Gus Zaid: Ya sudah nanti malam tahlilan…..!
____________________________________________________________________________________
Rasulullah bersabda: "Orang mati itu di dalam kuburnya seperti orang lemas yang meminta-minta pertolongan. Dia menunggu doa berhubungan dengannya daripada saudaranya atau sahabatnya, maka mendapat doa tersebut adalah lebih baik baginya dari dunia seisinya."
Dalil tentang sampainya pahala kepada sang mayit : Rasulullah bersabda : “Siapa yang melalui perkuburan lalu membaca Suratul Ikhlash 11 kali, kemudian dihadiahkan pahalanya kepada orang-orang mati, dikurniakan pahala baginya sebanyak bilangan orang-orang mati tersebut.”
banyak orang yang mengatakan bahwa tahlilan itu bid'ah. Dan memang setiap bid'ah itu sesat, dan jika sesat pasti akan masuk neraka. Anda pun sekarang sedang melakukan bid'ah dengan menggunakan komputer maupun HP. Untuk lebih mengetahui tentang apa itu bid'ah, silakan anda baca di artikel lain kami.
Islam itu fleksibel, karena kejadian yang tidak terjadi di zaman Rasulullah bisa saja terjadi di zaman para sahabat. Demikian pula, kejadian yang tidak terjadi di zaman sahabat, bisa terjadi di zaman tabi’in yaitu orang-orang yang hidup pada generasi setelah para sahabat Nabi (saw), dan begitupun seterusnya.
Nah, mengenai perbedaan pendapat tentang masalah ini tidak lantas menjadi alasan untuk berpecah belah. Mujtaba salah seorang Hafiz Qur'an muda dari Iran mengakui bahwa menyatukan beberapa pendapat menjadi satu itu memang sulit. Dan pesan saya, lakukanlah apa yang hati anda katakan dan yakini, dan jangan lakukan apa yang hati anda tidak yakini.
Wassalamu'alaikum
Mungkin masalah ini sudah sangat sangat sering di bahas di beberapa forum diskusi agama. Tapi, diantara diskusi-diskusi tersebut seringkali membawa hasil yang berbeda satu sama lain. Disini kami hanya ingin memberi referensi mengenai hal ini.
Tahlilan atau selamatan (walimah/walimatul) ini seringkali di lakukan oleh masyarakat Indonesia. Ada yang menganggap hal ini senagai Bid'ah Dholalah atau bid'ah yang tercela. Ada juga yang menganggap ini sebagai bid'ah khasanah atau bid'ah yang baik, dengan kata lain mereka memperbolehkan kita melakukan hal ini.
Asal usul tahlilan sendiri adalah berasal dari ajaran Para Wali Songo (Wali 9/9Waliyullah) yang berasal dari tanah jawa. Mereka memperkenalkan ajaran ini ke masyarakat dengan tujuan mendoakan seseorang yang telah meninggal sekaligus mengajak masyarakat untuk masuk ke dalam agama Islam tanpa ada paksaan. Kita tentu tidak boleh seenaknya sendiri mengatakan ajaran ini salah tanpa ada dasarnya, ilmu para waliyullah ini jauh lebih tinggi daripada ilmu kita sebagai HAMBA PENDOSA.
Dalam beribadah, kita harus melihat guru kita, bukan dari menukil kitab karangan itu, ini, atau dia.
Saya punya kisah, silakan disimak
Disebuah desa di daerah Banyuwangi, terdapat seorang Kyai yang cukup disegani dan memiliki lembaga pendidikan dengan jumlah santri yang cukup banyak, sebut saja Kyai Fulan. Kyai Fulan, tampaknya kurang begitu puas dengan ilmu yang diperoleh dari berbagai pondok pesantren yang pernah ia singgahi waktu muda dulu. Dia mempunyai seorang putra yang ia gadang-gadang menjadi penggantinya kelak jika ia sudah menghadap Sang Pencipta.
Sebagai calon pengganti si Anak -sebut saja Gus Zaid- ia ‘titipkan’ pada lembaga-lembaga pendidikan agama yang dibilang favorit di negeri ini. Dikatakan favorit, karena lembaga ini dikelola dengan manajemen yang rapi, dan moderen, juga ditangani oleh guru-guru yang ‘alim’ lulusan universitas-universitas di Arab Saudi, negara tempat Islam dilahirkan.
Saat Gus Zaid masih dalam penyelesaian pendidikannya di lembaga favorit itu, Kyai Fulan wafat. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Gus Zaid pun diminta pulang oleh keluarganya.
Seperti lazimnya adat kalangan NU, upacara pemakaman Kyai Fulan dilakukan dengan tradisi-tradisi yang indentik dengan kalangan nahdliyin. Ketika Gus Zaid sampai di rumah dan melihat acara pemakaman yang sedang berlangsung, ia kaget dan menahan amarah, karena semua acara yang dilaksanakan dianggapnya bid’ah. Tapi saat ini ia mampu bersabar.
Saat seorang Kyai tetangga yang juga teman Kyai Fulan, –sebut saja Kyai Umar– memberikan sambutan atas nama wakil tuan rumah, ketika jenazah akan diberangkatkan, setelah bicara ini dan itu, ia menyampaikan bahwa nanti malam sampai malam ke-7 kematian Kyai Fulan akan diadakan acara tahlilan setelah maghrib. Mendengar hal itu, Gus Zaid yang semenjak kedatangannya sudah memendam amarah dan kebencian, tanpa ba bi bu, ia langsung menyambar mikrofon dari Kyai Umar dan berkata: “Tidak ada tahlil bagi bapakku malam nanti. Tahlil adalah bid’ah dan doa orang yang masih hidup untuk orang yang telah meninggal dunia tidak sampai, wa an laysa lil insani illa ma sa’a. Sekian terima kasih!”. Lalu ia berikan lagi mikrofon itu kepada Kyai Umar.
Para pelayat tersentak kaget. Kyai Umar hanya tersenyum dan melanjutkan sambutannya. “Benar saudara-saudaraku sekalian, wa an laysa lil insani illa ma sa’a. Karena Gus Zaid sudah mengatakan demikian, maka nanti malam dan seterusnya tahlil tidak diadakan. Sekarang mari kita berdoa semoga Kyai Fulan di siksa dalam Kubur!. Semoga dosa-dosa tidak terampuni, semoga dia menjadi bahan bakar api neraka dan tidak pernah dimasukkan ke dalam Surga!”.
Para pelayat serentak meneriakkan, “Amiiiiin!”.
Gus Zaid: “?????”. “Kok mendoakan begitu untuk bapakku”.
Kyai Umar dengan enteng menjawab: “Kan Allah berfirman, wa an laysa lil insani illa ma sa’a?”.
Gus Zaid: Ya sudah nanti malam tahlilan…..!
____________________________________________________________________________________
Rasulullah bersabda: "Orang mati itu di dalam kuburnya seperti orang lemas yang meminta-minta pertolongan. Dia menunggu doa berhubungan dengannya daripada saudaranya atau sahabatnya, maka mendapat doa tersebut adalah lebih baik baginya dari dunia seisinya."
Dalil tentang sampainya pahala kepada sang mayit : Rasulullah bersabda : “Siapa yang melalui perkuburan lalu membaca Suratul Ikhlash 11 kali, kemudian dihadiahkan pahalanya kepada orang-orang mati, dikurniakan pahala baginya sebanyak bilangan orang-orang mati tersebut.”
banyak orang yang mengatakan bahwa tahlilan itu bid'ah. Dan memang setiap bid'ah itu sesat, dan jika sesat pasti akan masuk neraka. Anda pun sekarang sedang melakukan bid'ah dengan menggunakan komputer maupun HP. Untuk lebih mengetahui tentang apa itu bid'ah, silakan anda baca di artikel lain kami.
Islam itu fleksibel, karena kejadian yang tidak terjadi di zaman Rasulullah bisa saja terjadi di zaman para sahabat. Demikian pula, kejadian yang tidak terjadi di zaman sahabat, bisa terjadi di zaman tabi’in yaitu orang-orang yang hidup pada generasi setelah para sahabat Nabi (saw), dan begitupun seterusnya.
Nah, mengenai perbedaan pendapat tentang masalah ini tidak lantas menjadi alasan untuk berpecah belah. Mujtaba salah seorang Hafiz Qur'an muda dari Iran mengakui bahwa menyatukan beberapa pendapat menjadi satu itu memang sulit. Dan pesan saya, lakukanlah apa yang hati anda katakan dan yakini, dan jangan lakukan apa yang hati anda tidak yakini.
Wassalamu'alaikum
0 komentar:
Posting Komentar