Assalamu'alaykum
Sekarang ini banyak kita jumpai di masjid, mushola, bahkan di tempat umum orang-orang yang menaikkan celananya sampai ke atas mata kaki. Hal ini disebut dengan isbal, ini juga yang sekarang menjadi topik hangat untuk diperbincangkan
Isbal adalah menaikkan celana atau sarung di atas mata kaki. Ada sebuah pendapat yang mengatakan apabila kita menurunkan celala di bawah mata kaki, nantinya kita akan mendapat murka dari Allah dan Allah tidak akan memandang kita. Pendapat tersebut adalah KELIRU, karena bukan ini yang dimaksud oleh Baginda Rasul.
Allah tidak mau melihat (murka) wajah orang – orang yang memanjangkan celananya atau sarungnya dibawah mata kaki. Itu haditsnya.
Hadis di atas memang benar, tapi dalam menafsirkannya banyak yang salah kaprah. Maksud dari orang-orang yang memanjangkan celana atau sarungnya dibawah mata kaki adalah orang yang memanjangka celananya dan berniat sombong.
Di masa Nabi saw orang kaya dan orang miskin itu bisa dibedakan dengan memanjangkan celana atau sarungnya atau tidak? Kalau orang miskin, fuqara, buruh, orang – orang menengah ke bawah pasti sarung atau celananya diatas mata kaki. Kenapa? karena selalu berjalan kaki. Akan Kotor kalau seandainya panjang kainnya di bawah lutut.
Sebaliknya orang kaya memanjangkan celananya atau sarungnya dibawah mata kaki sebagai tanda bahwa ia hampir tidak pernah berjalan ditanah, selalu diatas permadani, selalu diatas kuda oleh sebab itu dipanjangkan celananya atau sarungnya sebagai tanda nih..aku orang kaya, kira – kira begitu. Ini pemahaman dari perintah Nabi Saw.
Jadi inti dari masalah ini adalah tentang hatinya. Seseorang jika menaikkan sarungnya sampai ke lutut pun jika niat hatinya untuk sombong tetap saja akan mendapat murka dari Allah. Jadi masalah memakai sarung atau celana di bawah mata kaki tidaklah haram ataupun makruh. Buktinya Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq pun juga selalu menurunkan sarungnya dibawah mata kaki.
Sekarang ini banyak kita jumpai di masjid, mushola, bahkan di tempat umum orang-orang yang menaikkan celananya sampai ke atas mata kaki. Hal ini disebut dengan isbal, ini juga yang sekarang menjadi topik hangat untuk diperbincangkan
Isbal adalah menaikkan celana atau sarung di atas mata kaki. Ada sebuah pendapat yang mengatakan apabila kita menurunkan celala di bawah mata kaki, nantinya kita akan mendapat murka dari Allah dan Allah tidak akan memandang kita. Pendapat tersebut adalah KELIRU, karena bukan ini yang dimaksud oleh Baginda Rasul.
Allah tidak mau melihat (murka) wajah orang – orang yang memanjangkan celananya atau sarungnya dibawah mata kaki. Itu haditsnya.
Hadis di atas memang benar, tapi dalam menafsirkannya banyak yang salah kaprah. Maksud dari orang-orang yang memanjangkan celana atau sarungnya dibawah mata kaki adalah orang yang memanjangka celananya dan berniat sombong.
Di masa Nabi saw orang kaya dan orang miskin itu bisa dibedakan dengan memanjangkan celana atau sarungnya atau tidak? Kalau orang miskin, fuqara, buruh, orang – orang menengah ke bawah pasti sarung atau celananya diatas mata kaki. Kenapa? karena selalu berjalan kaki. Akan Kotor kalau seandainya panjang kainnya di bawah lutut.
Sebaliknya orang kaya memanjangkan celananya atau sarungnya dibawah mata kaki sebagai tanda bahwa ia hampir tidak pernah berjalan ditanah, selalu diatas permadani, selalu diatas kuda oleh sebab itu dipanjangkan celananya atau sarungnya sebagai tanda nih..aku orang kaya, kira – kira begitu. Ini pemahaman dari perintah Nabi Saw.
Jadi inti dari masalah ini adalah tentang hatinya. Seseorang jika menaikkan sarungnya sampai ke lutut pun jika niat hatinya untuk sombong tetap saja akan mendapat murka dari Allah. Jadi masalah memakai sarung atau celana di bawah mata kaki tidaklah haram ataupun makruh. Buktinya Sayyidina Abu Bakar Ash-Shidiq pun juga selalu menurunkan sarungnya dibawah mata kaki.